Langsung ke konten utama

ELTA PAKET KOMPLIT !


 

trainer dan trainee ELTA IX Propinsi NTB

English Language Training Assistance (ELTA) merupakan program bantuan pelatihan bahasa Inggris dari Australia Awards in Indonesia (AAI) bagi masyarakat Propinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT dan NTB serta disabilitas di seluruh Indonesia. Program ini ditujukan bagi mereka yang sudah memiliki kriteria sebagai pelamar beasiswa S2 Australia Awards Schoolarsip (AAS) atau beasiswa lainnya,  tapi memiliki skor IELTS di bawah 5.0 .

ELTA sudah terlaksana selama 9 kali dan uniknya, semesta memberi kejutan untuk peserta ELTA Batch IX. Anggap saja kami angkatan spesial. Pasalnya, kami menjadi peserta ELTA Online pertama karena kondisi pandemi. Tak hanya berdampak ke sistem pelatihan yang beralih ke daring, jadwal kegiatan yang seharusnya dimulai di tahun 2020 pun sempat tertunda, but finally! Setelah menunggu + 6 bulan, pelatihan berdurasi 3 bulan tersebut akhirnya dimulai di pertengahan  Januari sampai April 2021.

Lalu seperti apa tahap seleksi angkatan kami? Apa saja yang kami persiapkan untuk mengikuti kelas ELTA secara online? dan pengalaman apa saja yang kami dapatkan selama mengikuti kelas tersebut? Tenang, saya jelaskan satu- persatu.

Semua tahap seleksi dilaksanakan secara daring, dimulai dengan tes 1 (administrasi), Placement test dan tes akhir yaitu wawancara. Di tahap pertama, yang berbeda dari angkatan sebelumnya adalah calon peserta tidak lagi melampirkan Curiculum Vitae (CV). Isi CV dijelaskan langsung pada kolom pertanyaan yang tersedia, mulai dari riwayat pekerjaan (tugas dan tanggung jawab selama bekerja dan hasil yang dicapai), pengalaman organisasi atau kerelawanan, prestasi / penghargaan yang pernah dicapai, dll. Kunci di tahap ini adalah kalian harus bisa personal branding secara tertulis. Tuangkan pengalaman yang membuat penyeleksi berpikir bahwa kamu punya keunikan tersendiri sehingga membuat mereka tertarik untuk mengenalmu lebih dekat lagi.

Setelah lolos di tahap seleksi 1 (Administrasi), kalian mendapat surel berisi jadwal Placement test. Pada tahap ini, calon peserta juga dikirimi Pedoman Online Placement Test (Written Test) dan Perjanjian Kerahasiaan. Struktur penyeleksian terdiri dari 3 bagian yaitu Grammar/ vocab test, Writing test dan Tes Akademik/ Critical Reasoning dengan total durasi 135 menit. Sebelum pelaksanaan dimulai, calon peserta diminta mempersiapkan perangkat komputer, aplikasi Zoom dan kuota minimal 3GB dan KTP.

Meski tes dilaksanakan secara daring, kejujuran adalah kunci utama. Jawab soal dengan jujur. Syarat lolos ELTA adalah nilai IELTS minimal 4.5-5.0 , jadi usahakan hasil tes tidak below or above target.  Pelamar yang sudah mengikuti tes IELTS sebelumnya dan memperoleh band 5.0 dilarang mendaftar ELTA, karena tujuan akhir pelaksanaan ELTA adalah membantu peserta memperoleh band minmal 5.0 (yang menjadi standar minimal pendaftaran S2). Begitu pun dengan pelamar lulusan S2, dilarang mendaftar juga, karena sasaran peserta ELTA adalah lulusan S1 yang berencana mendaftar S2.

Sebagai bocoran, ada beberapa trik yang saya lakukan sebelum tes ke-2, yaitu perbanyak referensi tentang ELTA melalui bacaan di internet atau menanyakan langsung ke alumni ELTA. Syukurnya, di tahap ini Tuhan mendekatkan saya dengan kakak-beradik, yang merupakan alumni ELTA dan penerima beasiswa AAS 2019. Setelah menjadi enumerator untuk diri sendiri, saya menjalankan aksi selanjutnya yaitu merangkum hasil wawancara ke narasi berbahasa Inggris dengan tahap berikut. Pertama, dari hasil membaca artikel di internet dari seorang blogger, saya mendapat 2 tema esai yang mungkin keluar di writing test nanti, yaitu tentang study abroad dan advertisement. Entah kenapa, saya memutuskan membuat esai tentang advantages and disadvantages of study abroad dan Puji Syukur! Topik yang saya dapatkan saat tes sama persis. Bagi kalian yang dalam tahap pendaftaran, kalian bisa mulai berlatih dari sekarang. Tentukan topiknya, buat main mapping / list tentang apa saja keuntungan dan kerugian kuliah di luar negeri, lalu rangkai menjadi beberapa paragraf. Setelah itu, minta teman kalian yang sudah jago dengan English untuk mengoreksi grammar, vocab, dan tenses-nya.  Kedua, untuk persiapan interview, saya membuat list-list pertanyaan lengkap dengan jawaban yang mugkin akan ditanyakan interviewer, seperti introducing my self, my Institute and my job responsibility, motivation Apply for ELTA, what will you do after ELTA program ?, what kind obstacle you might face if you are chosen for ELTA Program?, tell me about your home town (human resources, education, health, society and any piece of information, and why you want to study in Australia? Prihal wawancara seputar rencana study, tips untuk meyakinkan interviewer bahwa kamu benar-benar berniat melanjutkan kuliah adalah pilih jurusan S2 yang relevan dengan jurusan saat S1 dan/ atau relevan dengan pengalaman kerjamu, lalu jelaskan secara detail tentang kampus dan mata kuliah yang membuatmu tertarik mengambil jurusan tersebut. Dengan begitu mereka akan tahu bahwa mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. The last, mulai berlatih speaking di depan cermin.

Tegang nggak diwawancarai pakai bahasa Inggris? Iya, karena ini wawancara pertama kali dengan seorang native speaker! Meski sudah melakukan persiapan yang matang, dan tes interview dilakukan secara daring (tidak berhadapan langsung), tapi tetap saja tahap interview menegangkan. Tapi tenang, interviewer kedua menggunakan bahasa Indonesia kok. Lalu hasilnya bagmana? “Hasil tidak akan menghianati usaha” adalah kalimat yang pas untuk menjawab pertanyaan tersebut. Alhamdulillah, di pengumuman terakhir saya berhasil menjadi 1 di antara 23 peserta ELTA NTB batch IX.

Pertanyaan terakhir, pengalaman selama belajar Online gimana? Hmmm.. Bentar, saya tarik napas dulu. Begini, pada tahap wawancara, saya pernah bilang kalo I really hope that ELTA program won’t be an online program, I prefer offline. If it is online, it means I have to study even harder and study at a place which has strong signal connection. Tapi demi melindungi kesehatan bersama dari Covid-19, untuk pertama kali pelatihan ELTA diputuskan diadakan secara daring. Enggak lucu juga sih kalau muncul klaster baru setelah klaster jamaah tabligh, yaitu klaster ELTA.

keseruan foto bersama kelas Canberra


Pelaksanaan ELTA Online via Zoom application mirip seperti workshop-workshop yang kalian ikuti. Aturan standarnya pun sama, bedanya hanya di durasi  (wajib diikuti secara intensif selama 3 bulan). 

Mengingat waktu 3 bulan tidak sebentar, penting untuk mempersiapkan beberapa hal, seperti : gunakan laptop dengan performa baik, sinyal internet stabil, masuk ke aplikasi Zoom tepat waktu, cari tempat kondusif, gunakan kacamata anti radiasi, sediakan headset dan rutin olahraga agar tidak mudah pegal di area punggung dan leher akibat duduk 7 jam  di depan laptop selama 5 hari seminggu. Dan yang terpenting, atur pola pikir untuk tetap berpikir positif. Mengapa? Karna selama 3 bulan mengikuti ELTA, rasanya seperti sedang menjalani hubungan dengan pasangan yang butuh diyakinkan bahwa kamu benar-benar orang setia (Uhuk!).  IELTS seperti pasangan yang tidak boleh dinomor-duakan. Maksudnya, rentetan jadwalnya yang super padat, mewajibkanmu untuk fokus di program tersebut. Itulah alasan mengapa tim rekruitmen meminta pendaftar melampirkan surat ijin dari atasan bagi yang bekerja. Jangan sekali-sekali tidak mengutamakan IELTS, dia pencemburu. Umpamanya seperti itu. 

Kedua, tetap tahan banting mengikuti mock test perbulan. Anggap setiap mock test adalah klimaks dari hubungan kalian.  Rasa lelah pasti muncul saat melihat hasil tes yang tidak ada peningkatan, dengan tingkat soal yang semakin sulit sedangkan kamu tetap berusaha. Ibarat suatu hubungan, sudah berjuang sungguh--sungguh untuk mendapatkan hati si Dia, eh si Dia tetap meragukan kesetiaanmu. Kan capek juga ya.  Kamu lalu nangis di pojokan meratapi diri,  tapi setelah itu kamu dipaksa cepat bangkit dan melanjutkan perjuangan. Di kondisi seperti itu, kamu harus meyakinkan diri bahwa kamu masih tetap berjuang! Kalau diumpamakan ke hubungan tadi, yakinkan pasanganmu, si IELTS, dengan bilang “Saya pasti bisa menaklukkanmu”. Terkesan lebay sih, tapi bukan anak ELTA namanya kalau tidak mengalami drama perjuangan belajar semacam itu. Apalagi tes Online, kalau tidak ada drama tambahan seperti koneksi internet tidak stabil, suara  yang tiba-tiba hilang di sesi tes listening atau speaking bukan tes  online namanya.  Intinya drama dalam berjuang pasti ada, dan saat kamu merasa lelah karna belajar, remember this : “Jika kau tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”.    Ingat mimpi-mimpimu, ingat tujuan-tujuanmu dan tetap jadi pribadi yang tahan banting. Never give up ! Setiap perjuangan pun akan berbuah manis di waktu yang tepat. Percaya deh!

wajah tegang kelas Canberra saat menjawab tes online
                                                                                    
 

   Ada hal lain yang membahagiakanmu juga setiap dua minggu sekali. Seperti hubungan yang pasang-surut, cerita 3 bulanmu gak selalu menyedihkan kok. We called this moment "Monday : Money-day" Hohoho. Yap, hari mengalirnya allowance ke rekening. Anggap aja kamu lagi di momen di mana pasanganmu yang menjengkelkan berusaha menghiburmu. 

    Rasa bahagia pun bertambah dua kali lipat karna selama 3 bulan dibersamai oleh teman-teman yang kocak! Terlebih lagi kami memperjuangkan hal yang sama, pasti tetap kompak! Semisal kompak buat saling berbagi link referensi pembelajaran, bagi waktu buat belajar bareng di malam hari, berbagi energi positif untuk sama-sama menguatkan di saat salah satu di antara kalian down dengan hasil mock test, peduli pada hal kecil sekali pun semisal mengingatkan jam masuk kelas atau apapun yang berhubungan dengan informasi penting seputar ELTA dan AAS.  So, jadi teman yang solutif adalah poin yang menurut saya harus dimiliki ELTA's trainee.

Meski kami bertemu secara daring, tapi bounding-nya cepat. Sebagai bocoran, kelas saya terkenal heboh dibanding kelas sebelah. Sangking terlalu sering membuat kegaduhan, terutama saat transisi dari Break Out Room ke Main Room, microphon kami di-mute automatically oleh pak Nur, salah satu tutor kami. Wkwkwk. “Naughty! ” adalah kata yang suka dilontarkan tutor lain kepada kelas kami. Heboh, suka saling bully, menertawakan wajah teman yang tertangkap nge-lag  atau nge-freeze, salah pakai virtual background, diam-diam capturing wajah teman yang ngantukan, chattingan diam-diam via Room Chat, cekikan dengar suara tukang sayur manggil, suara lagu  gerobak es krim  sampai suara “tengkerek“  di tengah kegiatan belajar-mengajar, memberi kesan belajar online yang membosankan hilang. Suasana kelas tetap terasa hidup.

Pada akhirnya, saya banyak bersyukur dapat beasiswa IELTS dari pemerintah Australia ini. Its totally true! Kapan lagi belajar + dapat uang saku gede selama 3 bulan + real test IELTS gratis yang berlaku selama 2 tahun ! Ibarat makanan, Yakin enggak mau melahap banyak ilmu ? Pun kesempatan disuguhkan menu gratis tidak datang dua kali ! :)

Buat kamu yang mau daftar ELTA, aku punya pantun :
IELTS is easy

Easy like ABC

If you feel scary

Join ELTA, you will be Happy !

 (link pendaftaran ELTA : https://www.australiaawardsindonesia.org/ )



16 April 2021, penutupan program ELTA IX 


Komentar

  1. Canberra go Canberra go!!! Setuju banget ama semua tulisannya deq asil di "ELTA Paket Komplit!" ini. Dan tantangan ELTA batch IX gak berakhir di final test IELTS yg diadakan secara online, karena kurleb 1 bulan berikutnya kita musti ikutan IELTS offline lagi. Waktu sebulan tuh susah banget buat belajar utk persiapan real test mengingat kelas ELTA udh berakhir dan musti back to "real life". Tp tentunya bersyukur banget jadi bisa ikutan daftar AAS 3x, 1x pake sertifikat IELTS yg online, 2x nya pake sertifikat real test sebelum para sertifikat itu pada mati hihi... Kenapa ELTA Batch IX bisa daftar AAS 3x? Karena kita mulai ELTA awal taun (jan-april) 2021 sementara kita kan intake ELTA 2020, jadi kita dikasih privillage diupayakan sedemikian rupa agar anak2 ELTA IX bisa ikutan daftar AAS taun 2021, sampe kita ditungguin segala sampe selesai program biar bs pake sertifikat final test itu utk daftar AAS. Jadi deh angkatan kita punya peluang 3x daftar beasiswa (3x AAS, 2x all scholarship)... Semoga beruntung para scholarship hunter yaaaa...

    BalasHapus
  2. Setujuu... Semangaattttt para scholarship hunter!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggerak Pangan Lokal: Nur Rahmi Yanti

foto pribadi Siapa di antara kamu yang masih asing dengan nama sorgum? Jika kamu baru mengenal nama itu saat membaca tulisan ini, tak masalah. Lebih baik terlambat daripada tidak tahu sama sekali. Saya pribadi yang tinggal di kota juga baru mengenal sorgum di tahun 2019 saat berkunjung ke salah satu rumah guru di desa Bentek, Kabupaten Lombok Utara. Jika orang jawa mengenal sorgum dengan nama jagung cantel, warga Nusa Tenggara Barat akrab menyebutnya buleleng.  "Mau urap buleleng?" tawar seorang guru saat itu sambil menyodorkan piring berisi menu tadi. Saya mengernyitkan dahi mendengar satu nama asing di telinga saya: Buleleng. Melihat piring berisi biji-bijian berwarna merah dengan daging putihnya yang mekar direbus, bercampur dengan parutan kelapa dan toping gula merah di atasnya, saya menerima dan mencicipi urap manis itu. " Kalo bahasa Indonesianya Sorgum", tambah guru tadi. Tangan saya langsung membuka gawai dan mencari tahu apa itu sorgum di internet. Akhirny

Solusi Healing ketika Pening

Beberapa hari lalu saya berkunjung ke rumah seorang budayawan Lombok. Beliau sudah sepuh. Saat saya tanya kelahiran berapa, beliau menjawab bahwa  saat perang Pujut pertama di Lombok dan masa orde lama, usianya sudah belia. Singkatnya, beliau lahir tahun 1958. Tentu saja saya yang lahir di masa reformasi membuat perbedaan usia kami terbilang kontras. Kami lalu bercerita dan saling bertukar pandangan tentang lebih enak hidup di zaman dulu atau sekarang. Hingga sampai pada satu kesimpulan awal: semua zaman ada enak dan tidak enaknya.  Kata beliau, zamannya terasa menyenangkan saat bisa bersahabat dengan bulan. Bulan menjadi penunjuk jalan dan menjadi teman sepanjang perjalanannya saat listrik belum ada dan kendaraan masih langka. Namun di zaman beliau, Ia mengaku kesulitan dalam hal komunikasi dan perolehan informasi.  "Orang zaman dulu masih mengandalkan surat pos nak, berbeda dengan sekarang. Semua serba instan dan cepat. Secepat menjentikkan jari," pengakuannya kepada saya.